Skenario terburuk bagi India terkait tarif dari Amerika Serikat kini menjadi kenyataan. New Delhi menyebut keputusan Donald Trump pada hari Rabu(7/8) untuk melipatgandakan tarif atas barang-barang dari India menjadi 50% akibat pembelian minyak Rusia sebagai tindakan yang "sangat disayangkan". Namun, itu adalah pernyataan yang meremehkan. Menegosiasikan penurunan tarif yang tinggi ini sebelum berlaku dalam tiga minggu ke depan kini menjadi prioritas mendesak bagi Narendra Modi dan akan membutuhkan kompromi besar dari sang pemimpin India.
Tarif baru ini bisa menimbulkan dampak serius bagi ekonomi India yang bernilai $4 triliun. New Delhi sebelumnya gagal menurunkan tarif awal sebesar 25% yang diumumkan oleh Presiden AS pada 2 April. Itu sudah buruk, tetapi tidak membuat posisi India jauh lebih buruk dibanding negara lain. Analis dari Citi, sebuah bank asal AS, memperingatkan bahwa tarif yang lebih tinggi ini bisa memangkas pertumbuhan PDB sebesar 80 basis poin atau lebih, dari sebelumnya 6,5% pada tahun yang berakhir Maret, dan bahkan bisa membuat ekspor India ke AS menjadi "tidak layak". Tahun lalu, ekspor ini mencapai $87 miliar.
Dampak besar ini bisa memaksa pemerintah untuk mendukung para eksportirnya, baik melalui dukungan fiskal atau dengan melemahkan nilai tukar mata uang. Kedua opsi ini tidak ideal karena defisit fiskal India terus melebar akibat penurunan penerimaan pajak, sementara stabilitas nilai tukar rupee menjadi pilar utama dalam upaya India menarik investasi global dan meyakinkan perusahaan asing bahwa negara ini terbuka untuk bisnis.
Kini setelah India terpojok, solusi paling sederhana untuk menstabilkan hubungan dengan mitra dagang terbesarnya adalah berhenti membeli minyak dari Rusia, yang saat ini menyumbang 40% dari total impor minyak mentah. Meskipun pemerintahan Modi bersikeras bahwa pembelian tersebut adalah "kebutuhan nasional", India sebenarnya dapat bertahan tanpa diskon yang makin berkurang dari Moskow terutama jika harga minyak global tetap stabil seperti saat ini.
Tentu saja, menjauhi Rusia akan menjadi pukulan bagi upaya India mempertahankan kebijakan luar negeri multi-kutub, tetapi tarif 50% terlalu berat untuk ditanggung, dan melawan balik bisa menimbulkan kerugian yang lebih besar. AS hanya mundur dari konfrontasinya dengan China setelah Tiongkok membatasi pasokan rare earth, sektor di mana negara itu menguasai 90% kapasitas pemrosesan.
Meski India memasok sekitar 65% obat generik di AS dan perusahaan-perusahaan AS sangat bergantung pada layanan TI dari India, keduanya masih lebih mudah digantikan dibanding rare earth. Apakah Trump akan berhasil memaksa China berhenti membeli minyak Rusia masih belum jelas. Tapi India punya posisi tawar yang lebih lemah dan hampir tidak punya ruang untuk menggertak. (azf)
Sumber: Reuters
Pemerintah AS menutup sebagian besar operasinya pada hari Rabu(1/10) karena perpecahan partisan yang mendalam menghalangi Kongres dan Gedung Putih mencapai kesepakatan pendanaan. Hal ini memicu apa ya...
Presiden Donald Trump berhasil mendapatkan dukungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin untuk proposal perdamaian yang disponsori AS guna mengakhiri perang yang telah berlangsung...
Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis mengumumkan tarif impor baru yang luas, termasuk bea masuk 100% untuk obat-obatan bermerek dan pungutan 25% untuk truk berat, yang memicu ketidakpastian perdag...
Presiden Donald Trump pada hari Kamis menandatangani perintah eksekutif yang menyetujui kesepakatan untuk mempertahankan operasional TikTok di AS. Wakil Presiden JD Vance mengatakan nilai bisnis terse...
Presiden Donald Trump mengumumkan pada hari Kamis bahwa mulai 1 Oktober, AS akan mengenakan tarif impor baru: 50% untuk lemari dapur dan meja rias kamar mandi, 30% untuk furnitur berlapis kain, dan 25...
Aktivitas bisnis di sektor jasa Amerika Serikat stagnan pada bulan September, dengan Indeks Manajer Pembelian (PMI) Jasa dari Institute for Supply Management (ISM) turun ke level 50, dari sebelumnya 52 di bulan Agustus. Angka ini lebih rendah dari...
Indeks-indeks utama di Wall Street dibuka menguat pada hari Jumat (3/10), didorong oleh optimisme pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat. Sentimen positif ini muncul di sesi perdagangan terakhir...
Minyak menuju kerugian mingguan terbesar sejak akhir Juni karena para pedagang bersiap menghadapi keputusan penting OPEC+ tentang pasokan akhir pekan ini. Minyak berjangka Brent sedikit menguat pada hari Jumat, tetapi masih diperdagangkan di bawah...
Data dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa PMI Manufaktur AS naik tipis menjadi 49,1 pada bulan September, dari 48,7 di bulan...
Pasar Asia-Pasifik dibuka beragam pada hari Rabu(1/10), menyusul penguatan di Wall Street menjelang potensi penutupan pemerintah AS karena para...
Saham Eropa stagnan pada hari Rabu(1/10), dengan penguatan saham-saham sektor kesehatan yang signifikan mengimbangi penurunan di pasar yang lebih...
Pasar Asia dibuka menguat, menyusul reli global yang mendorong indeks dunia mencapai rekor baru, meskipun AS memasuki penutupan pemerintah...