Harga minyak mentah global melemah pada perdagangan Senin (11/8) seiring meredanya kekhawatiran pasokan dan meningkatnya harapan diplomasi antara Amerika Serikat dan Rusia. Minyak Brent tercatat turun -0,37% ke level USD 66,19 per barel. Tekanan harga juga datang dari ekspektasi peningkatan produksi OPEC+, meski realisasi output sejumlah negara anggota masih terbatas akibat kendala teknis. Pasar turut mencermati prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang berpotensi menekan permintaan energi. Sumber: Newsmaker.id
Perak mulai mengalami kenaikan yang pada hari Jumat selama sesi perdagangan Asia. Setelah riris data AS yang mempengaruhi harga perak kemarin menjadi cenderung menurun. Selanjutnya para pelaku pasar sebagian besar masih mengharapkan kenaikan 25bps oleh Fed minggu depan dan memperkirakan pemotongan suku bunga lanjutan tahun depan, meskipun ketidakpastian tetap ada tentang sejauh mana pengurangan tersebut. Sumber: Newsmaker.id
Emas terus turun setelah data AS yang beragam mendorong para pedagang untuk membukukan keuntungan menjelang pertemuan kebijakan terakhir Federal Reserve tahun ini. Emas batangan diperdagangkan mendekati $2.690 per ons setelah jatuh 1,4% pada hari Kamis menyusul laporan yang menunjukkan inflasi grosir AS secara tak terduga meningkat pada bulan November, sementara aplikasi untuk tunjangan pengangguran naik minggu lalu ke level tertinggi dalam dua bulan.
Silver prices rallied again to near one-month highs as the latest US inflation data met expectations, strengthening the case for a Federal Reserve rate cut. The market is now pricing in a near 100% chance of a 25 basis point cut at the Fed's meeting next week. In addition, sentiment was boosted by hopes that Beijing will announce more stimulus measures after a key political meeting. Chinese leaders begin a closed-door Central Economic Work Conference on Wednesday, where they will set economic targets and outline stimulus plans for 2025. Earlier this week, the Politburo committed to a...
Gold (XAU/USD) prices reversed losses in the Asian trading session although they remain below the highest level in more than a month reached on Thursday (12/12). US consumer inflation data released on Wednesday reaffirmed bets that the Federal Reserve (Fed) will deliver a third straight interest rate cut next week. Moreover, persistent geopolitical risks stemming from the Russia-Ukraine war and conflicts in the Middle East, along with concerns about US President-elect Donald Trump's upcoming trade tariffs, continue to act as a tailwind for the safe-haven precious metal.As of this news...
Harga Perak diperdagangkan dengan bias positif di atas level $32,00 selama sesi Asia pada hari Kamis dan tetap mendekati level tertinggi satu bulan yang dicapai awal minggu ini. Selain itu, pengaturan teknis menunjukkan bahwa jalur dengan hambatan paling kecil untuk logam putih tersebut tetap ke atas. Sumber: Newsmaker.id